\"Writing.Com
*Magnify*
SPONSORED LINKS
Printed from https://www.writing.com/main/view_item/item_id/2306048-Bulan-di-Margonda
Item Icon
Rated: 18+ · Short Story · Adult · #2306048
no minor allowed.
Cafe Circlé, di sana mereka sedang berbincang sekarang. Keduanya memutuskan untuk pergi ke beberapa tempat terlebih dahulu sebelum benar-benar melepas rindu. Tempat tersebut adalah tempat ke-sekian yang telah mereka kunjungi malam ini.

“Iya, menurutku kamu nggak banyak berubah sejak terakhir kali. Masih sama, kecuali sikap cuek kamu yang waktu itu mau pergi dari aku,” ucap William dengan niat bercanda yang sayangnya ditanggapi sedikit serius oleh Mikael.

Cookie, aku kan udah pernah bilang alesan dari semua—” perkataan Mikael dipotong dengan tiba-tiba oleh William, “Ssttt! Aku cuma bercanda ah tadi. Gak ada keributan ya untuk malem ini, aku mau kita berduaan untuk have fun sampe pagi.”

“Loh, haha, sampe pagi nih? Serius?” Mikael cekikikan mendengar ucapan William barusan, itu terkesan ambigu memang.

“Apaan siiiih,” William salah tingkah, sedikit tertawa sambil memukul pelan lengan berotot milik Mikael.

Mikael mengecek jam tangannya, “Udah jam sepuluh lewat, café-nya juga seems like mau tutup. Mau sekarang aja?”

“Ya udah, yuk!” William lantas membereskan barang bawaannya seperti handphone, airpods, dan beberapa lainnya.

Kini mereka sudah berada di dalam mobil, Mikael menyalakannya sedangkan William sibuk memasang seat belt.

Setelahnya, mobil itu melaju menuju hotel bintang lima terdekat. Baik Mikael maupun William, mereka sama-sama merasa gugup, sudah lama sekali rasanya mereka tidak bertukar afeksi di ranjang.



Selepas melakukan check in dan sebagainya, mereka lantas menuju kamar mereka yang berada di lantai tujuh belas. Tangannya saling menggenggam; sangat erat bahkan terlampau kencang.

Pintu terbuka, hal paling pertama yang Mikael lakukan adalah menangkup pipi kanan William dengan tangan kirinya lantas mencium bibir William dengan rasa tidak sabar dan menggebu-gebu; menggambarkan kerinduan, dambaan, romansa, dan sebagainya.

Terkejut namun William dapat merespon ciuman tiba-tiba dari Mikael dengan baik. Bibir mereka saling bertaut, saling menghisap bahkan lidah mereka saling beradu.

Pandangan keduanya berubah menjadi sayu, akibat sebagian tubuh telah bangkit dan hawa nafsu mereka meningkat pesat. Sentuhan lembut namun penuh nafsu sudah terjadi secara acak, mereka semakin ‘naik’.

Aah,” William menggigit bibirnya di kala Mikael sibuk bermain dengan putingnya; dijilat, digigit kecil, bahkan dihisap dengan cukup kencang membuat William keenakan sampai alisnya mengkerut.

Tatap mereka bertemu kala Mikael masih memberi afeksi pada tubuh William, jantungnya berdebar, mereka makin saling menginginkan.

Ugh I wanna eat you out for real, Mas El,” ucap William sambil menggoda Mikael; meraba kejantanan Mikael yang sudah amat keras dengan tatapan penuh nafsu.

Mikael geram, dia mengangkat wajah William dengan kasar, “Perek anjing, ah, sialan—” Mikael membuka celananya dengan tergesa, lalu William memegang batang penis Mikael, diurutnya pelan. Sehabis itu William menatap Mikael, lalu mengeluarkan lidahnya menggoda Mikael, dilanjut jambakan kasar lantas memasuki paksa penisnya ke dalem mulut William, “Goblok banget, nyepong aja gak bisa!”

Lalu mulutnya bekerja menghisap sambil memaju-mundurkan kepalanya, dilanjut dengan tangannya yang meremas buah zakar milik Mikael. Mereka saling menatap dan menggoda satu sama lain.

Mikael tidak tahan, dia langsung merebahkan William di kasur, butuh waktu yang cukup lama untuk dia keluar dan blow job akan memakan waktu lebih lama menurut Mikael.

William kembali meloloskan desahannya sebab Mikael kembali bermain di putingnya sambil menggoda bagian bawah milik William, “Aah, Mas El.. enak banget di situ, aku suka—ah!, mainin terushh,” racaunya.

“Suka diginiin? Suka pentilnya dimainin, iya?”

Mmh, sukaa, terusin Mas, iih! Jangan berhentii,” ucap William dengan sedikit rengekan di akhir.

“Kalo Mas mainin lubangnya kayak gini, suka gak?” tanya Mikael sambil menggoda lubang milik William yang masih dilapisi celana.

Uhh.. suka banget, aah terushh Mas! eungh,”

Mikael geram, dengan segera dia menarik tubuh William agar mengarah ke hadapan cermin di samping kasur itu, “Liat noh, muka lu. Udah kayak lacur. Dari tadi mohon-mohon supaya dienakin, bener-bener kayak lacur murahan tau gak?”

William mengalihkan pandangannya dari cermin tersebut, jujur ia malu jika harus melihat dirinya sendiri saat sedang bercinta. Tetapi justru Mikael sangat amat menyukai hal itu, menurutnya melihat wajah William saat melakukan hubungan seks dengan posisi doggy-style di hadapan cermin membuatnya benar-benar makin bergairah.

“Kalo ditanya tuh jawab, bukan malah diem aja, tolol!” maki Mikael.

Bukannya marah ataupun sedih, William justru semakin nafsu jika dirinya habis dikata-katai dengan kata kasar, jujur ia amat menyukai hal itu.

Mmh, iya, aku lacurnya Mas El.. aku ngangkang cuma buat Mas El ajaah,”

Karena tak tahan, Mikael mendorong tubuh William untuk kembali rebahan, lantas dia membuka celana William dengan kasar. Dilihatnya penis milik William sudah menegak, Mikael berinisiatif mengocoknya, “Aah Mas El—hh, aku enggak bisa diginiin, unghh,”

Lalu lubang milik William dimanjakan dengan tangan Mikael yang sedang menganggur. Double penetration, William tidak sanggup jika harus menerima hal itu, ejakulasinya akan datang sebentar lagi.

“Mas! Aah, aku gak tahan—sshhh, mau keluaar..” desah William pasrah. Mikael yang menangkap William sudah ingin klimaks lantas kembali bersemangat memainkan baik penis maupun lubang milik William.

William sudah keluar. Ia sedang menikmati kelegaannya, sedangkan Mikael malah menjilati lubang William. Jujur William kaget akan aksi tiba-tiba dari Mikael, ia masih sedang dalam keadaan benar-benar lemas namun sudah dihujam kenikmatan lagi oleh kekasihnya.

Ah! Aah Mashh, aku masih lemes please. Udah dulu mmhh,” William menolak aksi Mikael lewat kata-kata, berbeda dengan tubuhnya yang justru seakan berkata untuk terus lanjut.

“Sok-sok an bilang udah, tapi tanganmu malah neken kepala aku biar lanjut. Jadinya yang bener yang mana, hm?”

William tidak menjawab, ia sibuk mendesah sambil menekan kembali kepada Mikael agar lanjut menjilati analnya, jangan lupakan tangannya yang sibuk memainkan putingnya sendiri; William sudah ereksi lagi.

“Ngapain nekenin kepala gua? Mau apa? Bilang coba yang bener. Gak sopan tau gak? Coba mohon yang bener maunya diapain!” Mikael tidak langsung menjilati kembali anal milik William.

Hiks— aku.. aku mau dijilatin lagi lubangnya kayak tadi, Mas. Itu enak banget, ayooo ih lakuin lagii, lubangku udah gatel mau dimasukin sama kontol nya Mas El, huhu. Please, Mas—” omongan William terpotong karena Mikael menampar pipi William cukup kencang, “Bagus, makin malem makin ngaco. Bener-bener kayak lonte murahan.”

William semakin nafsu mendengar ucapan Mikael, dia akhirnya mencoba memasukkan sendiri penis milik Mikael ke dalam analnya; yang direspon dengan dorongan yang kasar oleh Mikael.

“AH! Mas—uuh, sakiiithh.. hiks- gak tahan,” jerit William.

“Loh, tadi yang gak sabaran minta dientot siapa? Siapa tadi, yang mohon-mohon biar lubangnya dihujam sampe luber peju, hah?” ucap Mikael sambil memegang dagu William kasar.

Aaah iyaahh, aku. Aku, Mas..”

I’ve ever said that I wanted you to call me?” tanya Mikael sambil mencekik leher William pelan, sumpah, William amat menyukai sensasi dikasari saat bercinta.

Mmhh, iya Maashh, maaf aku lupa—ah!” William tersentak, Mikael tiba-tiba saja menghentakkan pinggulnya dengan keras.

Ah ah ah, mmh, Maas—hh iyaah kayak gitu enak—ooh, sshhh—sumpah aku enggak kuat hiks enak banget Mas, ah!” sangking enaknya servis dari Mikael, William sampai menangis. Matanya berkilauan akibat air mata, pipinya memerah pun dengan bibir tipisnya. Alisnya mengkerut menjadi tanda bahwa ia teramat menikmati penis besar milik Mikael.

Belum mencapai klimaks, namun Mikael sudah mengganti posisi. Dia membawa tubuh William untuk menghadap cermin. Yap, posisi doggy-style.

Anjing, puas banget gua liat muka lu. Enak gak, hm? Sodokan gua enak gak?” jawaban William hanyalah anggukan, ia tidak bisa berkata apa-apa lagi dan hanya bisa mendesah keenakan.

“Kalo ditanya tuh jawab! Bukan cuma ngangguk doang, lu punya mulut jangan digunain buat nyepongin kontol aja kerjaannya!”

Uhh—mmhhh, iyaah ah! Iyahh enak banget ahh Masshh

“Aah gila ssh enak banget lubang perek. Sempit banget sih, babe.”

“Mas El, aku mau—hh keluar aah, gak tahan, mau pipis mmhhh,”

Sodokan Mikael makin kencang, ia juga sudah dekat dengan puncaknya. Desahan mereka saling bersahutan, walau milik William lebih mendominasi.

William menyukai desahan maupun geraman Mikael di kala mereka melakukannya, menurutnya Mikael terasa sangat dominan jika menggeram seperti itu.

“AAAHH,”

“Ah! Shit,”

Mereka mencapai puncaknya, lega dan lemas adalah hal paling pertama yang mereka rasakan. Putih milik Mikael tertanam di dalam anal William, namun milik William berhamburan di kasur disusul dengan cairan bening yang terus muncrat; squirting. Mikael melihat hal tersebut lantas merasa bangga karena dapat membuat William sampai squirting seperti itu.

Keduanya merebahkan tubuh masing-masing di atas kasur empuk itu; saling mengais oksigen dengan rakus guna melepas rasa penat.

“Gimana, Yang? Kamu beneran enak gak tadi?” tanya Mikael lembut.

William senyum, sambil mengelus pipi kiri Mikael penuh kasih sayang, “Yup, beneran enak kok! Kalo kamu gimana, Mas?”

Same as you. Oh iya, aku minta maaf kalo tadi terlalu kasar ya, aku—”

“Enggak, ih! Gak kasaaar, toh aku suka dikasarin kayak gitu sama kamu, hehe,” ucap William dengan senyuman menggodanya.

“Oh, kalau gitu kita lanjut part dua, yuk? Hahaha,”

Ish! Dasar manusia gak puaaas!” William memukul dada bidang Mikael dengan rasa sayang, “Memangnya aku pernah puas sama semua tentang kamu?” goda Mikael sambil tersenyum manis.

William mendengar hal itu hanya mampu tersenyum malu-malu, ia tersipu mendengarnya.

“I love you, Mas El,” ujar William dengan kelembutan dan terdengar teramat tulus.

“Too, I love you too, Cookie.” Tangan Mikael meraih tengkuk William dan hal selanjutnya yang mereka lakukan adalah berciuman, lagi, tetapi kali ini penuh dengan rasa cinta yang merekah-rekah.
© Copyright 2023 itsyourhunny (karyaryne at Writing.Com). All rights reserved.
Writing.Com, its affiliates and syndicates have been granted non-exclusive rights to display this work.
Printed from https://www.writing.com/main/view_item/item_id/2306048-Bulan-di-Margonda